1.1.
Jenis Sensor dan Transduser
Perkembangan sensor dan transduser sangat
cepat sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek suatu sistem otomasi
dibangun maka semakin banyak jenis sensor yang digunakan.
Robotik adalah sebagai
contoh penerapan sistem otomasi yang kompleks, disini sensor yang digunakan dapat dikatagorikan
menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon, dkk, 1982)
a. Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot.
Sensor
internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai sambungan mekanik pada robot, dan
merupakan bagian dari mekanisme servo.
b. External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar bodi robot.
Sensor
eksternal diperlukan karena dua macam alasan yaitu:
1)
Untuk keamanan dan
2)
Untuk penuntun.
Yang dimaksud untuk keamanan” adalah
termasuk keamanan robot, yaitu perlindungan terhadap robot dari kerusakan yang
ditimbulkannya sendiri, serta keamanan untuk peralatan, komponen, dan
orang-orang dilingkungan dimana robot tersebut digunakan. Berikut ini adalah
dua contoh sederhana untuk mengilustrasikan kasus diatas.
Contoh pertama: andaikan sebuah robot
bergerak keposisinya yang baru dan ia menemui suatu halangan, yang dapat berupa
mesin lain misalnya. Apabila robot tidak memiliki sensor yang mampu mendeteksi
halangan tersebut, baik sebelum atau setelah terjadi kontak, maka akibatnya
akan terjadi kerusakan.
Contoh kedua: sensor untuk keamanan diilustrasikan
dengan problem robot dalam mengambil sebuah telur. Apabila pada robot dipasang
pencengkram mekanik (gripper), maka
sensor harus dapat mengukur seberapa besar tenaga yang tepat untuk mengambil
telor tersebut. Tenaga yang terlalu besar akan menyebabkan pecahnya telur,
sedangkan apabila terlalu kecil telur akan jatuh terlepas.
Kini bagaimana dengan sensor untuk penuntun
atau pemandu?. Katogori ini sangatlah luas, tetapi contoh berikut akan
memberikan pertimbangan.
Contoh pertama: komponen yang terletak diatas ban berjalan tiba di depan
robot yang diprogram untuk menyemprotnya. Apa yang akan terjadi bila sebuah
komponen hilang atau dalam posisi yang salah?. Robot tentunya harus memiliki
sensor yang dapat mendeteksi ada tidaknya komponen, karena bila tidak ia akan
menyemprot tempat yang kosong. Meskipun tidak terjadi kerusakan, tetapi hal ini
bukanlah sesuatu yang diharapkan terjadi pada suatu pabrik.
Contoh kedua: sensor untuk penuntun
diharapkan cukup canggih dalam pengelasan. Untuk melakukan operasi dengan baik,
robot haruslah menggerakkan tangkai las sepanjang garis las yang telah
ditentukan, dan juga bergerak dengan kecepatan yang tetap serta mempertahankan
suatu jarak tertentu dengan permukaannya.
Sesuai dengan fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan
meng-informasikan sinyal tersebut ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi
sensor akan dilanjutkan oleh transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser
begitu erat maka pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.
1.4. Klasifikasi Sensor
Secara umum berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor
dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu:
a.
sensor thermal (panas)
b.
sensor mekanis
c.
sensor optik (cahaya)
Sensor
thermal adalah sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan
panas/temperature/suhu pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu.
Contohnya; bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda,
photo multiplier, photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer, dsb.
Sensor
mekanis adalah sensor yang mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti
perpindahan atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan,
aliran, level dsb.
Contoh; strain gage, linear variable
deferential transformer (LVDT), proximity, potensiometer, load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau
cahaya adalah sensor yang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber cahaya,
pantulan cahaya ataupun bias cahaya yang mengernai benda atau ruangan.
Contoh; photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo
multiplier, pyrometer optic, dsb.
1.5. Klasifikasi
Transduser (William
D.C, 1993)
a. Self generating transduser (transduser pembangkit sendiri)
Self generating transduser
adalah transduser yang hanya memerlukan satu sumber energi.
Contoh: piezo electric, termocouple, photovoltatic, termistor, dsb.
Ciri transduser ini adalah dihasilkannya suatu
energi listrik dari transduser secara langsung. Dalam hal ini transduser
berperan sebagai sumber tegangan.
b. External power transduser (transduser daya dari luar)
External
power transduser adalah transduser yang memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan suatu
keluaran.
Contoh:
RTD (resistance thermal detector),
Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb.
No comments:
Post a Comment