Tuesday, June 19, 2012

Sejarah fly by wire






Pesawat yang pertama kali terbang dengan sistem ini adalah F-8C Crusader NASA yang telah dimodifikasi. Pesawat ini pertama kali terbang pada tahun 1972. Kemudian diikuti oleh USSR dengan Sukhoi T-4. Tak lama berselang, pesawat tempur Hawker Hunther yang telah dimodifikasi pusat penelitian Farnborough, Inggris menggunakan kontrol FBW di bangku kanan. Pada bangku kiri diperuntukkan untuk pilot penyelamat dengan kontrol konvensional dan saklar FBW. Sedangkan pesawat ulang-alik US yang memiliki kontrol fly-by-wire digital pertama kali digunakan dalam penerbangan bebas dengan uji coba pendekatan dan pendaratan pada tahun 1977. Pada tahun 1984, Airbus A320 menjadi pesawat penumpang pertama dengan kontrol fly-by-wire digital. Pada tahun 2005, Dassault Falcon 7X adalah jet bisnis pertama dengan kontrolfly-by-wire digital.
Dalam industri penerbangan Indonesia, teknologi fly by wire baru dikembangkan pada tahun 1990-an pada pesawat N-250.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cara Kerja Fly By Wire
1. Ketahanan

Perhatian utama dalam sistem fly-by-wire adalah ketahanan. Ketika sistem-sistem kontrol mekanik atau hidraulik mengalami kerusakan, maka biasanya kerusakan terjadi secara bertahap. Sedangkan jika kerusakan terjadi pada sistem komputer kontrol penerbangan, maka kerusakan dapat menyebabkan pesawat menjadi tak terkendali secara langsung. Oleh karena itu, kebanyakan sistem fly-by-wire menggabungkan beberapa sistem komputer di dalamnya (triplex, quadruplex, dan lain-lain). Penggabungan beberapa komputer ini hampir sama dengan cadangan mekanik atau hidraulik maupun kombinasi keduanya. FBW modern biasanya menghindari terjadinya gabungan sistem kontrol dengan menambah saluran-saluran FBW secara terpisah dan berdiri sendiri. Hal ini digunakan untuk mengurangi peluang kegagalan total hingga tingkat yang amat kecil yang bisa diterima sistem.
2. Pemrosesan sinyal
Sebuah sistem kontrol penerbangan fly-by-wire digital hampir sama dengan sistem analognya. Namun, pemrosesan sinyal dilakukan oleh komputer digital. Hal ini dapat meningkatkan fleksibilitas karena komputer digital bisa menerima input dari sensor manapun dalam pesawat terbang. Stabilitas elektronik juga akan meningkat karena sistem ini tidak begitu bergantung pada nilai-nilai komponen listrik penting dalam sebuah pengontrol analog.

Untuk memproses sinyal yang masuk, komputer akan membaca posisi dan menjalankan input dari kontrol pilot dan sensor-sensor pesawat sehingga terjadi penyelesaian persamaan differensial untuk menentukan sinyal perintah yang cocok untuk menggerakkan kontrol penerbangan yang sesuai.
3. Segel penerbangan
Pemrograman secara digital dimaksudkan untuk membuka akses terhadap perlindungan (proteksi) pada segel penerbangan. Perancangan pesawat dibuat dengan karakter pengemudian pesawat yang tepat, agar tetap berada dalam batas-batas aerodinamika dan struktur pesawat terbang. Sebagai contoh, ketika pesawat berada pada kondisi yang membahayakan seperti mesin mati mendadak atau pesawat berputar, maka komputer dalam mode perlindungan penerbangan dapat membantupilot mengendalikan pesawat. Software yang terdapat dalam komputer dapat digunakan untuk menyaring input kontrol agar terhindar dari guncangan.

Beberapa aplikasi sistem fly by wire pada pesawat menggunakan tuas yang berada di samping atau di tengah perangkat komputer tersebut. Tuas samping dapat membuat proses pengemudian menjadi lebih ringan, lebih sederhana dan tidak menonjol. Selain itu juga dapat mengurangi beban pekerjaan pilot.





Pesawat yang pertama kali terbang dengan sistem ini adalah F-8C Crusader NASA yang telah dimodifikasi. Pesawat ini pertama kali terbang pada tahun 1972. Kemudian diikuti oleh USSR dengan Sukhoi T-4. Tak lama berselang, pesawat tempur Hawker Hunther yang telah dimodifikasi pusat penelitian Farnborough, Inggris menggunakan kontrol FBW di bangku kanan. Pada bangku kiri diperuntukkan untuk pilot penyelamat dengan kontrol konvensional dan saklar FBW. Sedangkan pesawat ulang-alik US yang memiliki kontrol fly-by-wire digital pertama kali digunakan dalam penerbangan bebas dengan uji coba pendekatan dan pendaratan pada tahun 1977. Pada tahun 1984, Airbus A320 menjadi pesawat penumpang pertama dengan kontrol fly-by-wire digital. Pada tahun 2005, Dassault Falcon 7X adalah jet bisnis pertama dengan kontrolfly-by-wire digital.
Dalam industri penerbangan Indonesia, teknologi fly by wire baru dikembangkan pada tahun 1990-an pada pesawat N-250.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Cara Kerja Fly By Wire
1. Ketahanan

Perhatian utama dalam sistem fly-by-wire adalah ketahanan. Ketika sistem-sistem kontrol mekanik atau hidraulik mengalami kerusakan, maka biasanya kerusakan terjadi secara bertahap. Sedangkan jika kerusakan terjadi pada sistem komputer kontrol penerbangan, maka kerusakan dapat menyebabkan pesawat menjadi tak terkendali secara langsung. Oleh karena itu, kebanyakan sistem fly-by-wire menggabungkan beberapa sistem komputer di dalamnya (triplex, quadruplex, dan lain-lain). Penggabungan beberapa komputer ini hampir sama dengan cadangan mekanik atau hidraulik maupun kombinasi keduanya. FBW modern biasanya menghindari terjadinya gabungan sistem kontrol dengan menambah saluran-saluran FBW secara terpisah dan berdiri sendiri. Hal ini digunakan untuk mengurangi peluang kegagalan total hingga tingkat yang amat kecil yang bisa diterima sistem.
2. Pemrosesan sinyal
Sebuah sistem kontrol penerbangan fly-by-wire digital hampir sama dengan sistem analognya. Namun, pemrosesan sinyal dilakukan oleh komputer digital. Hal ini dapat meningkatkan fleksibilitas karena komputer digital bisa menerima input dari sensor manapun dalam pesawat terbang. Stabilitas elektronik juga akan meningkat karena sistem ini tidak begitu bergantung pada nilai-nilai komponen listrik penting dalam sebuah pengontrol analog.

Untuk memproses sinyal yang masuk, komputer akan membaca posisi dan menjalankan input dari kontrol pilot dan sensor-sensor pesawat sehingga terjadi penyelesaian persamaan differensial untuk menentukan sinyal perintah yang cocok untuk menggerakkan kontrol penerbangan yang sesuai.
3. Segel penerbangan
Pemrograman secara digital dimaksudkan untuk membuka akses terhadap perlindungan (proteksi) pada segel penerbangan. Perancangan pesawat dibuat dengan karakter pengemudian pesawat yang tepat, agar tetap berada dalam batas-batas aerodinamika dan struktur pesawat terbang. Sebagai contoh, ketika pesawat berada pada kondisi yang membahayakan seperti mesin mati mendadak atau pesawat berputar, maka komputer dalam mode perlindungan penerbangan dapat membantupilot mengendalikan pesawat. Software yang terdapat dalam komputer dapat digunakan untuk menyaring input kontrol agar terhindar dari guncangan.

Beberapa aplikasi sistem fly by wire pada pesawat menggunakan tuas yang berada di samping atau di tengah perangkat komputer tersebut. Tuas samping dapat membuat proses pengemudian menjadi lebih ringan, lebih sederhana dan tidak menonjol. Selain itu juga dapat mengurangi beban pekerjaan pilot.

No comments:

Post a Comment